Pola Asuh Anak Yang Efektif
Pola asuh sangat menentukan pertumbuhan anak, jadi hati-hati dalam menerapkannya. Apa sih pola asuh itu? Teorinya, menurut Theresia Indira Shanti, S.Psi.,M.Si., pola asuh merupakan pola interaksi antara orang tua dan anak.
Lebih jelasnya, yaitu bagaimana sikap atau perilaku orang tua saat berinteraksi dengan anak. Termasuk caranya menerapkan aturan, mengajarkan nilai/norma, memberikan perhatian dan kasih sayang serta menunjukan sikap dan perilaku yang baik sehingga dijadikan contoh/panutan bagi anaknya. Sayangnya pola asuh yang diterapkan orang tua tak selamanya efektif. Malah terkadang dampaknya bagi si kecil bukannya baik tapi buruk. Pola asuh yang terlalu protektif atau memanjakan anak menjadi tidak kreatif atau jadi selalu tergantung pada orang lain. Makanya perlu berhati-hati dalam menerapkan pola asuh.
Perlu diingat pula pola asuh sangat menentukan pertumbuhan anak, baik dalam potensi sosial, psikomotorik, dan kemampuan afektifnya.
Syarat Pola Asuh Efektif
Jadi bagaimana pola asuh yang efektif itu? Menurut Shanti, pola asuh yang efektif bisa dilihat dari hasilnya. "Anak jadi paham kenapa harus begini atau begitu. Kenapa tak boleh ini-itu. Kelak, anak akan mampu memahami aturan-aturan di masyarakat secara lebih luas lagi. Misalnya, kalau bertemu orang harus menyapa atau bersalaman." ujar psikolog dari Unika Atmajaya, Jakarta.
Nah, syarat paling utama dalam pola asuh yang efektif adalah landasan cinta dan kasih sayang. Tapi bagaimana bentuknya? Berikut hal-hal yang bisa dilakukan orang tua demi menuju pola asuh yang efektif.
1. Pola asuh harus dinamis
Kenapa? Karena pola asuh harus sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan dan perkembangan anak. Sebagai contoh, penerapan pola asuh untuk anak balita tentu berbeda dari pola asuh untuk anak usia sekolah. Pasalnya, kemampuan berpikir balita masih sederhana, jadi pola asuh harus disertai komunikasi yang tidak bertele-tele dengan bahasa yang mudah dimengerti. Contohnya : "Adek enggak boleh memukul Eki, karena kalau dipukul itu sakit!"
2. Pola asuh harus sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak
Ini perlu dilakukan karena setiap anak memiliki minat dan bakat yang berbeda. Shanti memperkirakan saat usia satu tahun, potensi anak sudah mulai dapat terlihat. Umpamanya, kala si kecil mendengarkan alunan musik, dia tampak lebih tertarik ketimbang anak seusianya. Bisa jadi, ia memang memiliki potensi kecerdasan musikal. Nah, kalau orang tua sudah memiliki gambaran potensi anak, maka ia perlu diarahkan dan difasilitasi.
3. Ayah-Ibu harus kompak
Ayah dan ibu sebaiknya menerapkan pola asuh yang sama. Dalam hal ini, kedua orang tua sebaiknya "berkompromi" dalam menetapkan nilai-nilai yang boleh dan yang tidak. Jangan sampai orang tua saling berseberangan karena hanya akan membuat anak bingung.
4. Pola asuh harus disertai perilaku positif dari orang tua
Penerapan pola asuh juga membutuhkan sikap-sikap positif dari orang tua sehingga bisa dijadikan contoh/panutan bagi anaknya. Tanamkan nilai-nilai kebaikan dengan disertai penjelasan yang mudah dipahami. Kelak diharapkan anak bisa menjadi manusia yang memilik aturan dan norma yang baik, berbakti dan menjadi panutan bagi temannya dan orang lain.
5. Komunikasi efektif
Bisa dikatakan komunikasi efektif merupakan sub-bagian dari pola asuh efektif. Syarat untuk berkomunikasi efektif sederhana kok, yaitu luangkan waktu untuk berbincang-bincang dengan anak. Jadilah pendengar yang baik dan jangan meremehkan pendapat anak.
6. Disiplin
Penerapan disiplin juga menjadi bagian pola asuh. Mulailah dari hal-hal kecil dan sederhana. Misalnya, membereskan kamar sebelum berangkat sekolah atau menyimpan sesuatu pada tempatnya dengan rapi. Lantaran itu, anak pun perlu diajarkan membuat jadwal harian sehingga bisa lebih teratur dan efektif mengelola kegiatannya.
Itulah beberapa tips untuk pola asuh anak yang efektif.
Sumber : JackSparow23
Pola asuh sangat menentukan pertumbuhan anak, jadi hati-hati dalam menerapkannya. Apa sih pola asuh itu? Teorinya, menurut Theresia Indira Shanti, S.Psi.,M.Si., pola asuh merupakan pola interaksi antara orang tua dan anak.
Lebih jelasnya, yaitu bagaimana sikap atau perilaku orang tua saat berinteraksi dengan anak. Termasuk caranya menerapkan aturan, mengajarkan nilai/norma, memberikan perhatian dan kasih sayang serta menunjukan sikap dan perilaku yang baik sehingga dijadikan contoh/panutan bagi anaknya. Sayangnya pola asuh yang diterapkan orang tua tak selamanya efektif. Malah terkadang dampaknya bagi si kecil bukannya baik tapi buruk. Pola asuh yang terlalu protektif atau memanjakan anak menjadi tidak kreatif atau jadi selalu tergantung pada orang lain. Makanya perlu berhati-hati dalam menerapkan pola asuh.
Perlu diingat pula pola asuh sangat menentukan pertumbuhan anak, baik dalam potensi sosial, psikomotorik, dan kemampuan afektifnya.
Syarat Pola Asuh Efektif
Jadi bagaimana pola asuh yang efektif itu? Menurut Shanti, pola asuh yang efektif bisa dilihat dari hasilnya. "Anak jadi paham kenapa harus begini atau begitu. Kenapa tak boleh ini-itu. Kelak, anak akan mampu memahami aturan-aturan di masyarakat secara lebih luas lagi. Misalnya, kalau bertemu orang harus menyapa atau bersalaman." ujar psikolog dari Unika Atmajaya, Jakarta.
Nah, syarat paling utama dalam pola asuh yang efektif adalah landasan cinta dan kasih sayang. Tapi bagaimana bentuknya? Berikut hal-hal yang bisa dilakukan orang tua demi menuju pola asuh yang efektif.
1. Pola asuh harus dinamis
Kenapa? Karena pola asuh harus sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan dan perkembangan anak. Sebagai contoh, penerapan pola asuh untuk anak balita tentu berbeda dari pola asuh untuk anak usia sekolah. Pasalnya, kemampuan berpikir balita masih sederhana, jadi pola asuh harus disertai komunikasi yang tidak bertele-tele dengan bahasa yang mudah dimengerti. Contohnya : "Adek enggak boleh memukul Eki, karena kalau dipukul itu sakit!"
2. Pola asuh harus sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak
Ini perlu dilakukan karena setiap anak memiliki minat dan bakat yang berbeda. Shanti memperkirakan saat usia satu tahun, potensi anak sudah mulai dapat terlihat. Umpamanya, kala si kecil mendengarkan alunan musik, dia tampak lebih tertarik ketimbang anak seusianya. Bisa jadi, ia memang memiliki potensi kecerdasan musikal. Nah, kalau orang tua sudah memiliki gambaran potensi anak, maka ia perlu diarahkan dan difasilitasi.
3. Ayah-Ibu harus kompak
Ayah dan ibu sebaiknya menerapkan pola asuh yang sama. Dalam hal ini, kedua orang tua sebaiknya "berkompromi" dalam menetapkan nilai-nilai yang boleh dan yang tidak. Jangan sampai orang tua saling berseberangan karena hanya akan membuat anak bingung.
4. Pola asuh harus disertai perilaku positif dari orang tua
Penerapan pola asuh juga membutuhkan sikap-sikap positif dari orang tua sehingga bisa dijadikan contoh/panutan bagi anaknya. Tanamkan nilai-nilai kebaikan dengan disertai penjelasan yang mudah dipahami. Kelak diharapkan anak bisa menjadi manusia yang memilik aturan dan norma yang baik, berbakti dan menjadi panutan bagi temannya dan orang lain.
5. Komunikasi efektif
Bisa dikatakan komunikasi efektif merupakan sub-bagian dari pola asuh efektif. Syarat untuk berkomunikasi efektif sederhana kok, yaitu luangkan waktu untuk berbincang-bincang dengan anak. Jadilah pendengar yang baik dan jangan meremehkan pendapat anak.
6. Disiplin
Penerapan disiplin juga menjadi bagian pola asuh. Mulailah dari hal-hal kecil dan sederhana. Misalnya, membereskan kamar sebelum berangkat sekolah atau menyimpan sesuatu pada tempatnya dengan rapi. Lantaran itu, anak pun perlu diajarkan membuat jadwal harian sehingga bisa lebih teratur dan efektif mengelola kegiatannya.
Itulah beberapa tips untuk pola asuh anak yang efektif.
Sumber : JackSparow23